Burung pandai mempelajari teknik mencari makan dari burung lain

Sebuah penelitian terbaru mengenai bagaimana inovasi menyebar dan berlangsung di alam liar menyimpulkan bahwa burung bisa mempelajari teknik baru untuk mencari makan dengan mengamati hewan lain di jaringan sosial mereka.

Studi tersebut, yang hasilnya disiarkan pada Rabu (3/12) di majalah Nature, seperti dilansir Antara, melibatkan percobaan pada delapan populasi lokal burung besar di Oxfordshire, Inggris. Pada lima populasi, dua burun jantan dilatih untuk menggeser pintu kotak teka-teki baik ke kiri maupun ke kanan. Dalam tiga kelompok pemantau, dua burung jantan ditangkap tapi tidak dilatih.

Burung tledekan
Burung tledekan

Burung tersebut kemudian dilepaskan kembali di populasi asal mereka untuk bertindak sebagai “inovator”, bersama dengan kota teka-teki yang memberikan makanan lezat berupa cacing ketika mereka bisa membukanya.

Meskipun kedua metode itu sama berhasilnya, tim tersebut –yang dipimpin oleh para peneliti Oxford University, mendapati masing-masing populasi percobaan sangat mendukung penyelesaian teka-teki yang telah diperkenalkan kepada burung yang sudah dilatih.

Rujukan bagi penyelesaian secara acak itu meningkat dari waktu ke waktu, sehingga terbentuk tradisi yang stabil, kata Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis. Sebaliknya, di dalam populasi pemantau, semua burung memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan teka-teki tersebut.

Para peneliti itu bisa memperlihatkannya, bahkan ketika burung menemukan kedua cara untuk membuka kotak teka-teki, mereka sangat mungkin untuk menggunakan prilaku yang dominan di dalam pulasi lokal mereka. Dengan kata lain, burung tersebut menyesuaikan diri dengan prilaku populasi lokal mereka.

“Percobaan kami menunjukkan bahwa burung dapat belajar melalui pengamatan dan ini mungkin membantu menciptakan tradisi budaya lokal secara acak,” kata Profesor Ben Sheldon dari Oxford University.

“Segera setelah mayoritas di dalam satu kelompok mensahkan satu cara untuk melakukan tindakan, tradisi budaya ini ditularkan ke generasi selanjutnya dan mungkin berjalan terus selama bertahun-tahun.”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.